Jumat, 30 November 2018

~ Angkuhmu ~


Bersenggama dengan keangkuhanmu 
adalah sebuah legenda 
yang terus engkau pertontonkan 
nyaris tanpa jeda 
bahkan saat lelap hampir kau jelang

Terus tengadahkanlah dagumu
tetaplah busungkan dada kekarmu, wahai!
sementara biarkan aku tetap di sini 
dalam sikap sempurna 
menunggu aba-aba-Nya 
menikmati setiap adegan yang kau jajakan 
dengan jalang

Lalu nafasmu mulai memburu 
disusul pekik lenguhanmu 
engkau orgasme! 
dalam fatamorgana
sebab engkau hanya sedang beronani


Balaraja, 01 12 18


Selasa, 06 November 2018

~ Halimun seusai badai ~

pagimu tak lagi semerbak
aromanya telah bersulih makna
menjadi anyir darah
atas setangkup cinta yang terempas badai restu

nikmati saja anyirnya
hingga pohonmu kian merindang
lalu berbuah meraya raya
seperti inginmu

badai ini hanya sesaat
maka izinkanku menggamit lenganmu
tuk sekedar turut menahan empasnya

esok, bahkan saat embun pagi masih tersisa
badai itu telah sirna
sebab ia telah tereja
sebagai halimun
yang mesra menjilat wajah letihmu

DW
Tigaraksa, 06 11 18

Jumat, 10 Agustus 2018

~ Menyerah ~

biar saja ku tetap di sini
sebagai ilalang mungkin
yang menunggu embus angin
untuk dapat sekedar meliukkan batangku

atau sebagai dedaunan
yang menunggu kemarau tiba
untuk sekedar menggugurkan daunku yang kering
meranggas..!

sebab ketika kutanya pada semua
hanya gelengan kecil jawab yang kudapat

Aku menyerah!

DW
TNG. 11 08 14

Selasa, 07 Agustus 2018

~ Senja Menjingga ~

dingin senja
menabur aroma kemarau
menusuk setiap ruas raga
di setangkup sisa rasa ini 

nganga rindu semakin merona
menjingga tanpa kupinta
meliuk lembut di sudut hatiku
yang mulai kerontang menunggu
sebentuk rasa yang masih erat tergenggam
enggan kau taburkan

hati ini mulai berjelaga
berkelana di sisi entah 
lalu, adakah nganga yang sama
pada ruang hatimu yang juga menjingga
mengalunkan aneka kidung nirwana

Nimas…!

DW
07/08/18

Selasa, 31 Juli 2018

~ acuhku pada adamu ~

entahlah
segala senyap ini
adalah riuh bagimu
begitu katamu

lanjutkan saja langkahmu
lalu biarkan anganmu
mengembara ke savana luas
hingga kelak pekat malam
telah menjemputmu
tanpaku..

gigil pada awal malamku
tanpa gemintang di sana
lembab berpagut gulita
terasa demikian nisbi

serupa acuhku
atas adamu
yang t'lah bersulih makna
menjadi tiadaku

pergilah
jinjing saja angkuhmu
lalu biarkan jemawa
memeluk erat pandirmu

wahai!

DW
Tigaraksa, 31/07/2018

Pak, aku kangen...!

Pak, aku kangen...!

Jarik ombo yang dulu dipakai menggendongku sambil disambi kemana-mana itu masih ada pak? Pasti warnanya udah njeblug ya pak.
Ingat pak waktu aku nyungsep di halaman samping gara-gara kabur dikejar induk ayam kita yang baru turun dari petarangan itu?

Padahal hanya luka kecil di sikut dan dengkulku, tapi nyaris sehari penuh aku berada dalam gendongan jarik ombo di punggungmu, meski kakiku hampir menyentuh tanah saking udah tingginya tubuhku.

Aku tetap ngetepel dalam gendonganmu, bahkan disambi memanjat anak-anak tangga di pohon aren mengambil nira bahan gula jawa dagangan kita.

Pak, aku kangen...!
Radio AM kita yang besar berbaterai 8 itu masih ada pak?
Dulu aku sering ya pak dibangunkan tengah malam pada saat sampai segmen uyon uyon dari wayang kulit semalam suntuk yang disiarkan RRI Jogja itu pak..
Yaaa untuk sekedar kita terbahak bersama mendengarkan dagelan para punakawan itu ya pak.

Pak, aku kangen...!
Kenapa sih pak, seumur hidupku tak pernah sekalipun aku dimarahi, dicubit atau dijewer?
Padahal aku suka bandel kan pak? Kalo udah main ciblon di sungai di perbatasan desa kecil kita bersama teman temanku, aku suka lupa pulang.

Saat teman temanku dihadiahi jeweran, aku hanya kau hadiahi sedikit gelengan kepalamu dan senyum kecil di sudut bibirmu sewaktu engkau menjemput paksa aku.

Pak, aku kangen..!
Aku rindu semua masa kecil dan remajaku bersama hangatmu.
Dan sungguh bukan sebuah drama
Saat tiba-tiba mataku menghangat tanpa kupinta pak
Baik-baik di sana ya pak.. Senantiasa sehat dan panjang usia..

Pak, aku kangen!!!

Tangerang, 30/07/2015

Sabtu, 28 April 2018

~ Makan tuh Cinta! ~


Istilah seperti itu mungkin sudah sering sekali kita dengar.
Entah dalam konteks sedang bergurau atau dalam konteks serius.
Entah kenapa kalimat seperti ini biasanya lebih banyak ditujukan untuk para wanita (para istri)

Kalimat ini sesungguhnya dipakai untuk menggantikan kata sukurin! atau rasain loh! atau kalimat "mengerikan" yang senada dengan itu.

Bisa ditujukan untuk orang yang tidak kita sukai pada saat dari sisi kita sepertinya dia terlihat tidak bahagia karena secara materi terkesan kurang tapi tetap bergeming mempertahankan hubungan bersama pasangannya dengan alasan cinta.

Tapi dalam beberapa kasus, kalimat seperti ini justru terlontar dari orang tua yang ditujukan untuk putrinya yang pada saat memutuskan untuk memilih suaminya dulu sudah diperingatkan bahwa lelaki yang dipilihnya tidak akan bisa membahagiakan karena bukan kategori horang kayah tapi si anak gadis tetap membulatkan tekad memilihnya karena lagi lagi alasan cintrong tapi akhirnya rumah tangga si anak benar tampak tidak berkecukupan seperti harapan sang orang tua.
Miris memang kalau kalimat ini datangnya dari orang tua yang seharusnya selalu melemparkan energi positif dalam bentuk doa doa untuk kebahagiaan sang anak.

Nah, saia hanya mencoba ngemeng dari sisi saia yang hanya remahan intip goreng.

Menurut saia, yang namanya "makan cinta" itu memang benar adanya.

Begini, pada saat kita memang telah berkomitmen untuk saling mencintai, pada saat berada di posisi ekonomi yang katakanlah morat marit, InsyaAllah kita akan tetap mencoba sebisa mungkin untuk tetap bertahan bersama.

Halah, Dot.. Didot! Itu mah cumak teori belaka! realistis dong!
Kan beli beras di warung gak boleh bayar pake cinta!
Terus rumah, motor, listrik, pulsa, SPP anak emang boleh dibayar pake cinta!
Yesss, agree pake banget! itu memang hal hal nyata di depan hidung yang paling mudah dilihat!

Tapi sepanjang masa masa itu kita hadapi berdua dengan tetap teguh saling berpegangan dalam cinta yang sama dan benar benar berserah diri hanya kepada-Nya InsyaAllah semua akan baik-baik saja.

Sorry of the maaf bagi yang berseberangan pendapat sama saia tapi saia katakan semua ini karena saia pernah berada di titik yang lebih berat dari itu dan so far kami masih tetap bertahan  dan aku sangat yakin bahwa itu karena kekuatan kami "makan cinta" dan yang pasti karena Dia mendengar doa kita hamba-Nya yang tak pernah menyerah saat diberikan ujian.

So, tetap optimis dan mari makan cinta!

~ Di Ujung Lelah ~

tiba di ujung lelah dalam semu senyum atas pemaklumanku pergilah kini ke luas samudra yang engkau pilih tanpa aku di buritan kapalm...