pagimu tak lagi semerbak
aromanya telah bersulih makna
menjadi anyir darah
atas setangkup cinta yang terempas badai restu
nikmati saja anyirnya
hingga pohonmu kian merindang
lalu berbuah meraya raya
seperti inginmu
badai ini hanya sesaat
maka izinkanku menggamit lenganmu
tuk sekedar turut menahan empasnya
esok, bahkan saat embun pagi masih tersisa
badai itu telah sirna
sebab ia telah tereja
sebagai halimun
yang mesra menjilat wajah letihmu
DW
Tigaraksa, 06 11 18
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
~ Di Ujung Lelah ~
tiba di ujung lelah dalam semu senyum atas pemaklumanku pergilah kini ke luas samudra yang engkau pilih tanpa aku di buritan kapalm...
-
dingin senja menabur aroma kemarau menusuk setiap ruas raga di setangkup sisa rasa ini nganga rindu semakin merona menjingga tanpa ku...
-
Istilah seperti itu mungkin sudah sering sekali kita dengar. Entah dalam konteks sedang bergurau atau dalam konteks serius. Entah kenapa ...
-
usah engkau bertanya lagi kapan kita kan menepi untuk berlabuh di pelabuhan impian bukankah samudra itu adalah kita menjadi b...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar